juara spin

    Release time:2024-10-07 21:52:58    source:erek erek kumbang   

juara spin,koincuan,juara spin

Jakarta, CNBC Indonesia -Perang di wilayah Timur Tengah semakin meluas. Setelah menyerang Palestina dan membunuh 41.495 jiwa, Israel kini menyerang negara lain yakni Lebanon. Israel menyerang Lebanon sejak 16 September 2024 dan telah menewaskan 1.030 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Pada Senin (16/9/2024), Israel melakukan serangan pertama ke daerah tak berpenghuni dekat Byblos, sebelah utara Beirut. Lebih dari 1.300 serangan dilancarkan oleh Israel. Mereka mengklaim sasaran serangan adalah Hizbullah, partai politik dan kelompok paramiliter Lebanon yang didukung Iran.

Israel juga mengklaim bahwa mereka menyerang Hizbullah agar bisa memulangkan warganya yang mengungsi ke wilayah utara (perbatasan dengan Lebanon).

Namun, serangan Israel ini ternyata sudah terjadi sejak lama di Lebanon. Invasi pertama Israel dilakukan 1948. Pada saat itu, Hizbullah belum berdiri secara resmi.

Lantas bagaimana dengan kondisi ekonomi Israel pasca serangan tersebut?

1. Pertumbuhan PDB Israel Menyusut

Ekonomi Israel mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Pada hasil Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2024 tercatat hanya tumbuh 0,7% menjadi sraeli New Shekel (ILS) 407 atau setara dengan Rp1.765,7 triliun (kurs: Rp4.338/ILS).

Angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan pada kuartal I 2024 sebesar 14,4% dan kuartal II 2023 sebesar 3%.

2. Mata Uang Israel Melesat

Sejak Israel menyerang Lebanon pada 16 September 2024, mata uang Israel justru merangkak naik sebesar 3% di level ILS3,82/US$ Jumat (4/10/2024).

Kenaikan mata uang Israel hingga hari ini usai Israel melancarkan serangan hebat ke markas Hizbullah di selatan Beirut.

Militer Israel melancarkan serangkaian serangan di Beirut selatan pada Kamis malam (3/10/2024), dalam salah satu pengeboman paling hebat di kota itu sejak operasi dimulai minggu lalu saat Hizbullah terus menyerang Israel utara.

Penggerebekan itu terjadi saat Israel juga memutus jalan utama di dekat perbatasan Masnaa Lebanon dengan Suriah yang telah digunakan oleh ratusan ribu orang untuk melarikan diri dari pengeboman Israel dalam beberapa hari terakhir.

Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Israel telah melakukan 11 serangan berturut-turut ke markas kelompok itu di ibu kota Lebanon.

3. Turunnya peringkat kredit Israel

Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat menyusul serangan Israel terhadap Lebanon, yang telah mendorong keterlibatan Iran. Namun, tantangan yang lebih berat menanti negara Zionis tersebut, dimana kemerosotan ekonomi akan mendatangi Israel.

Penurunan peringkat kredit Israel oleh Moody's sebanyak dua tingkat mungkin bukan yang terakhir, menurut para analis, karena perang di dua front tersebut memacu pengeluaran negara dan menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi mungkin tidak pulih secepat seperti pada konflik-konflik sebelumnya.

Langkah mengejutkan yang diambil Moody's pada hari Jumat (27/9/2024), untuk menurunkan peringkat kredit Israel menjadi "Baa1" dari "A2" dikritik oleh pejabat pemerintah tetapi mencerminkan ketidakpastian atas prospek ekonomi Israel saat konflik berkecamuk.

"Peringkat tersebut kemungkinan akan diturunkan lebih lanjut, mungkin beberapa tingkat, jika ketegangan yang meningkat saat ini dengan Hizbullah berubah menjadi konflik skala penuh," menurut Moody's.

Perang Israel selama setahun melawan kelompok Islam Palestina Hamas di Gaza diperkirakan telah menghabiskan biaya 250 miliar shekel (US$67 miliar atau lebih dari Rp1.000 triliun). Pada saat yang sama, Israel telah menanggapi serangan roket dari Hizbullah di Lebanon.

4. Israel Tekor Belanja Perang

Israel mencatatkan defisit anggaran pemerintah sebesar 4,20% dari PDB atau setara dengan ILS 77,5 miliar atau sekitar Rp 333,25 triliun. Nilai ini berbalik arah dibanding periode 2022 yang mencatatkan belanja pemerintah di level positif 0,62% dari PDB. Defisit salah satunya disebabkan kenaikan belanja perang yang mencapai ILS 30 miliar untuk 2023 atau sekitar Rp 129 triliun.

Namun, anggaran untuk kompensasi dan mitigasi dampaknya lebih besar dari itu. Dikutip dari Reuters, Gubernur bank sentral Israel, Amir Yaron, memperkirakan perang di Gaza membuat Israel merugi sekitar ILS 210 miliar atau sekitar Rp 903 triliun. Termasuk dalam hal ini adalah kerugian kehilangan pendapatan masyarakat Israel serta biaya perang.

Perang Israel Hamas mengakibatkan utang Israel melonjak dua kali lipat pada 2023. Israel harus menambah utang 160 miliar shekel (US$43 miliar) atau setara dengan Rp 696,6 triliun utang pada 2023. Utang Israel separuhnya, sebesar 81 miliar shekel, terkumpul sejak pecahnya perang pada Oktober, demikian disampaikan dalam laporan kementerian yang dikutip dari Reuters.

Total utang mencapai 62,1% dari produk domestik bruto pada tahun 2023, naik dari 60,5% pada tahun 2022 karena lonjakan pengeluaran perang dan diperkirakan akan mencapai 67% pada 2024.

Israel bulan lalu berhasil mengumpulkan rekor US$8 miliar dalam penjualan obligasi internasional pertamanya sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, dengan permintaan yang sangat tinggi bahkan setelah Moody's menurunkan peringkat kredit kedaulatan Israel untuk pertama kalinya pada Februari.

Pemerintah pada 2023 mengumpulkan sekitar 116 miliar shekel, atau 72% dari total, di dalam negeri, dengan 25% dipinjam dari luar negeri dan sisanya dalam utang lokal yang tidak dapat diperdagangkan.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">