midasplay login

    Release time:2024-10-08 05:24:39    source:erek erek kucing kawin   

midasplay login,kode pos telajung cikarang barat,midasplay loginJakarta, CNN Indonesia--

Presiden Iran Ebrahim Raisi mengusulkan negara-negara Arab untuk mengembargo minyak Israelsebagai salah satu hukuman atas agresi ke Jalur Gaza Palestinasejak 7 Oktober.

Raisi menilai kecaman tak cukup untuk menghentikan Israel menggempur Gaza. Usulan tersebut diutarakan Raisi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab di Riyadh pada Sabtu pekan lalu.

Lihat Juga :
KILAS INTERNASIONALArab Tolak Embargo Israel sampai Netanyahu Serukan Perang Hingga Akhir

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat politik internasional di kawasan Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengatakan penolakan ini muncul lantaran negara-negara Teluk lebih dekat dengan Amerika Serikat, sekutu dekat Israel.

Menurut Yon, menjatuhkan sanksi embargo kepada Israel membuat negara Arab seperti Arab Saudi hingga Uni Emirat Arab yang dekat dengan AS cemas akan memicu masalah dengan Negeri Paman Sam.

"Tidak mengadopsi perang militer dan tidak mengadopsi embargo, karena biar bagaimanapun, hubungan teluk dengan Amerika Serikat cukup dekat dibanding dengan Iran yang melakukan konfrontasi," kata Yon kepada CNNIndonesia.com, Senin (13/11).

Lihat Juga :
Drone-Tank Israel Masih Kepung RS Al Shifa Gaza, Sniper Tembaki Pasien

[Gambas:Video CNN]

Lihat Juga :
Biden Sambut Hangat Jokowi di Gedung Putih, Sebut RI-AS Makin Mesra

Konfrontasi itu misalnya Iran yang dianggap mensponsori konflik agresi Israel di Palestina melalui milisi-milisinya di Timur Tengah seperti Hamas.

Milisi di Lebanon Selatan, Hizbullah, turut menggempur Israel sejak 7 Oktober. Mereka merupakan kelompok yang disokong Iran.

Kelompok yang didukung Iran di Yaman, Houthi, juga turut menyerang Israel. Di luar ini, mereka bermusuhan dengan Arab Saudi.

Arab Saudi dan Iran juga sempat putus hubungan selama tujuh tahun sebelum akur kembali di tahun ini.

Pilihan Redaksi
  • Negara-negara Arab Pernah Embargo Minyak ke AS Akibat Ulah Israel
  • Joe Biden Desak Israel Lindungi Rumah Sakit di Gaza
  • Jokowi Desak Biden Bantu Setop Serangan Israel ke Gaza

Para pengamat menilai keterlibatan para milisi itu bisa menyebabkan konflik meluas.

Di kesempatan ini, Yon juga mengatakan embargo minyak tak disepakati lantaran sejumlah negara Arab telah menjalin normalisasi dengan Israel.

Beberapa negara itu adalah Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Yordania. Mereka juga yang menolak usulan Iran.

"Mereka 'dipaksa' AS untuk normalisasi dengan Israel. Dengan begitu, mereka tak bisa keras lagi pernyataannya yang berkaitan dengan Palestina," ungkap Yon.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Negara Arab 'takut' hilang cuan

Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, juga punya pandangan serupa.

"Banyak faktor. [Salah satunya] negara Arab belum lama membuka hubungan diplomatik dengan Israel," ujar dia.

Fahmi juga mengatakan Uni Emirat Arab enggan rugi jika mereka menerapkan embargo minyak ke Israel.

Lebih lanjut, dia menilai Iran juga memiliki jalan yang berbeda dibanding negara Arab lain.

Iran juga tak punya cukup kekuatan untuk meyakinkan negara di kawasan itu meski sudah rujuk dengan Saudi, selaku pemimpin negara Teluk.

Lihat Juga :
KTT Negara Arab-Muslim Hasilkan 31 Poin soal Agresi Israel, Apa Saja?

"Ada semacam keengganan karena Iran yang mengusulkan," lanjut Fahmi.

Dia menerangkan ide Iran sebetulnya "bagus untuk shock terapy" agar Israel berhenti menyerang Palestina.

Negara-negara Arab pernah mengembargo minyak ke sekutu dekat Israel, Amerika Serikat, pada 1973. Langkah ini muncul sebagai bentuk balasan mereka atas keberpihakan AS ke Israel saat Perang Yom Kippur.

Ketika itu, AS mengirim senjata ke Israel untuk membantu mereka melawan Mesir dan Suriah. Raja Saudi Faisal dan anggota lain di Organisasi Pengekspor Minyak (OPEC) lalu membalas.

Mereka menaikkan harga minyak, melarang pengiriman minyak ke Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa serta memangkas produksi sebesar lima persen per bulan, demikian dikutip .

"Senjata minyak" ini lalu memicu gejolak yang cukup besar terutama di Amerika Serikat.

Penolakan embargo minyak ke Israel sempat mencuat pada pertengahan Oktober lalu usai Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian menyampaikan seruan itu.

Empat sumber OPEC mengatakan tak ada pertemuan darurat untuk menanggapi seruan Iran.

Lihat Juga :
Negara-negara Arab Pernah Embargo Minyak ke AS Akibat Ulah Israel

"Kami bukan organisasi politik," kata salah satu sumber dikutip Reuters.

Sumber lain di OPEC juga mengatakan situasi saat ini berbeda dengan setengah abad lalu. Dia menjelaskan bahwa sekarang pembeli utama minyak mentah adalah Asia, bukan lagi negara-negara Barat.

"Lingkungan geopolitik berbeda dibandingkan 50 tahun lalu," kata sumber OPEC lain soal alasan tak menerapkan embargo minyak.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Jasem Al Budaiwi, juga mengatakan mereka berkomitmen terhadap keamanan energi dan tidak boleh menggunakan minyak sebagai senjata.

"GCC bekerja sebagai mitra yang jelas dan jujur sebagai eksportir minyak dengan komunitas internasional dan kami tak bisa menggunakan hal tersebut sebagai senjata dengan cara apa pun," kata Al Budaiwi.