situs nobar online

    Release time:2024-10-08 06:03:01    source:aplikasi domino island versi lama   

situs nobar online,dewalive togel,situs nobar onlineJakarta, CNN Indonesia--

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan situasi horor di Jalur Gaza, Palestina, saat beberapa dokter melakukan operasi tanpa memberikan anestesi kepada pasiennya.

Juru bicara WHO Christian Lindmeier mengatakan dokter-dokter di Gaza melakukan tindakan medis, termasuk mengamputasi korban agresi Israel, tanpa memberikan obat bius karena kurangnya stok obat-obatan.

"Tidak ada yang membenarkan ke-horor-an yang dialami warga sipil di Gaza," kata Lindmeier dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, Selasa (7/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun mengulangi kembali seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar
"akses tanpa hambatan, aman, dan terjamin" bagi sekitar 500 truk bantuan kemanusiaan bisa sampai ke pasien di rumah sakit, tidak cuma melintasi perbatasan saja.

Dalam kesempatan itu, Lindmeier turut melaporkan bahwa setidaknya 16 petugas kesehatan tewas saat bertugas di daerah kantong tersebut. Dia pun menekankan bahwa setiap serangan terhadap fasilitas kesehatan dilarang oleh hukum humaniter internasional.

Pada Selasa, Doctors Without Borders mengabarkan salah satu rekannya, Mohammed Al Ahel, dan beberapa anggota keluarganya tewas dalam ledakan di kamp pengungsi Al Shati pada Senin (6/11). Al Ahel merupakan teknisi laboratorium Doctors Without Borders.

Lihat Juga :
ANALISISApa yang Bisa Setop Agresi Israel di Gaza?

[Gambas:Video CNN]

"Kami sangat prihatin dengan semua kolega kami di Gaza, banyak dari mereka masih bekerja di rumah sakit di Jalur Gaza memberikan perawatan untuk menyelamatkan jiwa," demikian pernyataan Doctors Without Borders, seperti dikutip CNN.

Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) melaporkan bahwa konvoi kemanusiaan mereka mendapat serangan saat mengirimkan pasokan medis penting ke fasilitas kesehatan di Kota Gaza.

Menurut ICRC, dua truk rusak dalam serangan tersebut. Seorang pengemudi juga menderita luka ringan.

"Ini bukan kondisi di mana personel kemanusiaan bisa bekerja," kata kepala delegasi ICRC di Gaza, William Schomburg.

"Kami di sini untuk membawa bantuan mendesak untuk warga sipil yang membutuhkan. Memastikan bahwa bantuan vital itu bisa mencapai fasilitas medis adalah kewajiban hukum di bawah hukum humaniter internasional," tulis ICRC.

Sejak Israel melancarkan agresi di Gaza pada 7 Oktober lalu, banyak rumah sakit di daerah kantong ini kehabisan obat dan stok alat-alat kesehatan akibat blokade total Negeri Zionis.

Para dokter dipaksa memutar otak mencari alternatif untuk mengobati pasien yang terluka.

Pilihan Redaksi
  • Kenapa Upaya Perundingan Damai Israel-Palestina Selalu Buntu?
  • 4 Fakta Tuduhan Israel soal RS Indonesia Sarang Hamas Tapi Dibantah RI
  • Perawat AS soal Nakes RS Indonesia di Gaza: Mereka Pahlawan

Nidal Abed (51), seorang ahli bedah ortopedi di Rumah Sakit Al Quds, mengaku menggunakan pakaian untuk membalut pasien, cuka untuk antiseptik, hingga jarum jahit biasa untuk operasi bedah.

"Kami melakukan apa yang kami bisa untuk menstabilkan pasien, untuk mengendalikan situasi," kata Abed.

Agresi keji ini sendiri per Selasa telah menewaskan 10.328 warga Palestina, dengan 4.237 di antaranya anak-anak dan 2.719 lainnya perempuan.

Sementara itu, korban di Israel mencapai 1.400 jiwa.

(blq/rds/bac)