data sdy 2033

    Release time:2024-10-08 06:15:42    source:pustakatoto login   

data sdy 2033,podomoro89,data sdy 2033

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)  diperkirakan akan terus menguat hingga akhir tahun meskipun hari ini mata uang Garuda melemah. Derasnya arus dana asing dan pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal reserve (The Fed) menjadi pendorong rupiah untuk semakin perkasa.

Melansir Refinitiv,mata uang RI ditutup di angka Rp15.160/US$ pada perdagangan hari ini, Kamis (26/9/2024), melemah 0,43% dari penutupan sebelumnya (25/9/2024). Namun, mata uang Garuda masih menguat 1,95% secara year to date (ytd).

Rupiah juga tercatat berada di angka Rp15.095/US$ pada penutupan perdagangan kemarin yang juga merupakan posisi terkuat sejak 31 Juli 2023.

Dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook 2025 di Kempinski, Jakarta, Rabu (25/9/2024), ASEAN Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja mengungkapkan bahwa pihaknya masih optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa stabil dan cenderung menguat di 2025.

Ia memprediksi, pada kuartal I-2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar akan berada di Rp 15.200, di kuartal II-2025 mencapai Rp 15.000 dan kuartal III-2025 di Rp 14.800.

Sedangkan di akhir kuartal IV-2024 ini, Enrico memperkirakan akan berada di level Rp15.200/US$.

Hal itu kata Enrico ditopang oleh tiga hal, mulai dari capital inflow, pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang sudah terjadi hingga keseimbangan neraca perdagangan. "Ini akan dorong rupiah lebih stabil dan cenderung menguat," kata Enrico, Rabu, (25/9/2024).

Berikut ini tiga alasan rupiah cenderung akan menguat dalam beberapa waktu ke depan.

1. Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Bank sentral AS (The Fed) pada bulan ini telah memangkas suku bunganya sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,00% dan bahkan dalam Summary of Economic Projections (SEP), The Fed memproyeksikan terjadi total penurunan suku bunga sebesar 50 bps hingga akhir 2024.

Chairman The Fed, Jerome Powell mengatakan target The Fed saat ini adalah mengembalikan stabilitas harga dengan menjaga tingkat pengangguran tetap terkendali.

"Kami berusaha mencapai situasi di mana kami mengembalikan stabilitas harga tanpa peningkatan pengangguran," kata Powell dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC International.

Sementara itu untuk 2025, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di 3,4%. Angka ini mengindikasikan adanya pemotongan 100 bps atau 1%.
Pada 2026, suku bunga diharapkan turun menjadi 2,9% atau dipangkas 50 bps.

Ketika suku bunga The Fed turun, maka indeks dolar AS (DXY) berpotensi ikut menurun dan rupiah menjadi lebih perkasa.

The FedFoto: Dot Plot Matrix (September 2024)
Sumber: The Fed

Proyeksi pejabat The Fed ini selaras dengan perkiraan UOB yang mengestimasikan terjadi pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps hingga akhir 2024 (2x25 bps).

"Pandangan UOB 2x25 bps untuk the fed jadi ambang batas 4,5% tahun depan jadi 3,5% lalu the final cut awal 2026 menjadi 3,25%," ujar Enrico.

UOBFoto: UOB Target for Fed Fund Rate
Sumber: UOB

2. Capital Inflow ke Indonesia

Derasnya dana asing yang masuk ke dalam negeri tercermin beberapa bulan terakhir.

Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 17-19 September 2024, investor asing tercatat beli neto Rp25,6 triliun terdiri dari beli neto Rp19,76 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp4,19 triliun di pasar saham, dan beli neto sebesar Rp1,66 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 19 September 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp51,85 triliun di pasar saham, Rp21,39 triliun di pasar SBN dan Rp186,85 triliun di SRBI.

Dengan aliran dana asing yang masif maka rupiah diharapkan semakin kuat sehingga mengurangi beban pemerintahan baru dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

Untuk SRBI angkanya bahkan fantastis. Foreign inflowpun tercatat sangat besar mengingat imbal hasil untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan yang begitu besar.

Sebagai informasi, berdasarkan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), average winning yielduntuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada 20 September 2024 masing-masing sebesar 6,72%, 6,8%, dan 6,85%.

Angka ini cenderung lebih tinggi dibandingkan SBN pemerintah tenor 10 tahun meskipun imbal hasil ini cenderung lebih rendah jika dibandingkan akhir Juli 2024 yang sempat berada di angka 7,1%, 7,19%, dan 7,26%.

3. Keseimbangan Neraca Perdagangan

Indonesia kembali mencatat surplus negara perdagangan di akhir Agustus 2024. Dengan demikian, Indonesia telah mencatat surplus perdagangan dalam 52 bulan beruntun sejak Mei 2024.

Untuk diketahui, BPS mencatat surplus kali ini tercatat sebesar US$2,89 miliar, lebih tinggi dibandingkan bulan Juli lalu sebesar US$470 juta. Surplus ini dihasilkan oleh nilai ekspor tercatat tumbuh 5,97% mencapai US$23,56 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$20,67 miliar.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai kinerja ekspor-impor Indonesia pada Agustus 2024 sangat baik. Dia mengatakan surplus neraca dagang ini merupakan peluang Indonesia untuk menambah cadangan devisa dan bukti ekonomi Indonesia tangguh diterpa ketidakpastian global.

Perkembangan pangsa pasar ke seluruh negara/kawasan cenderung mengalami kenaikan pada Agustus 2024.

Sebagai contoh, ekspor ke China bertumbuh menjadi US$5,33 miliar, ke AS menjadi US$2,61 miliar, ke Jepang sebesar US$1,8 miliar, ke ASEAN sejumlah US$4,12 miliar, dan Uni Eropa sebesar US$1,54 miliar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)