bgibola 1 live

    Release time:2024-10-07 23:41:11    source:rating pemain tim nasional sepak bola irak vs timnas indonesia   

bgibola 1 live,login mpo1221,bgibola 1 live

Catatan:Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina terus melaju cepat mengembangkan lini bisnis energi baru terbarukan, selain pengembangan bisnis konvensionalnya di sektor minyak dan gas.

Di domestik, Pertamina melalui subholding Pertamina New & Renewable Energy telah membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di sekitar 380 titik di lokasi yang beragam seperti SPBU, gedung perkantoran, terminal bahan bakar, minyak dan gas, kilang LNG, rumah sakit, pelabuhan, bandar udara, hingga Universitas. Kapasitasnya juga beragam dari skala kecil 3 kWp hingga skala besar 26 MWp, dengan total kapasitas 52 mega watt peak (MWp).

Tak hanya itu, Pertamina juga bergeliat mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan lainnya yang berasal dari biogas. Saat ini, terdapat 3 portofolio pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) yang berada di daerah Sei Mangkei, Pagar Merbau dan Kwala Sawit dengan total kapasitas 4.4 MW.

Adalah Bumi Lorosae yang tak lain Negara Timor Leste, menjadi tonggak pertama Pertamina menancapkan bisnis energi baru terbarukannya di luar negeri. Tepatnya pada 2022, ketika Subholding Pertamina New & Renewable Energy berkolaborasi dengan Pertamina International Timor, SA (PITSA) membangun PLTS di 2 SPBU wilayah Becora dan Bebora.

Perjalanan panjang pengiriman material tersebut-pun dilakukan dari Jakarta ke Pelabuhan Tanjung Perak - Surabaya. Kemudian dikapalkan dengan selamat sampai di Pelabuhan Dili, Timor Leste, lalu dilakukan pemasangan yang hanya membutuhkan waktu tiga hari saja. Pada 2022, akhirnya PLTS pertama Pertamina di luar negeri, berhasil terbangun dan beroperasi tepatnya di SPBU Becora. Beberapa bulan kemudian, dilanjutkan dengan pemasangan PLTS di SPBU Bebora.

Kedua proyek ini menjadi penting bagi Pertamina karena menunjukkan bahwa Pertamina tidak hanya mampu mengembangkan bisnis hijau di dalam negeri namun juga di luar negeri. Pada 2023, Pertamina kembali menambah portofolio PLTSnya di bumi Lorosae dengan pengembangan PLTS di SPBU Metiaut.

Dari ketiga portofolio PLTS tersebut, selain menghasilkan listrik bagi SPBU Timor Leste, 3 PLTS dimaksud juga berkontribusi mengurangi emisi karbon sekitar 9.450 kgCO2e per tahunnya.

Timor Leste merupakan negara yang tepat untuk pengembangan energi baru terbarukan khususnya yang berbasis energi matahari. Selain karena tingkat iradiasi matahari di daerah Timor yang cukup tinggi, harga pembangkitan listrik yang relatif tinggi yaitu 42 cent USD/kWh (ADB, 2021) menjadikan negara ini cukup seksi untuk dilirik para pengembang energi baru terbarukan termasuk Pertamina.

Hal ini juga sejalan dengan pengembangan energi matahari di Timor Leste sendiri sebagaimana yang diungkapkan oleh Funmi Balogun - Koordinator Residen Timor Leste pada pos-kupang.com 2023 silam "Di Timor Leste, jalan kami menuju Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan dimulai dari dalam negeri. Sistem energi matahari kami dapat menjadi model bagi kantor lainnya untuk menunjukkan bagaimana kami dapat bersama-sama, secara berkelanjutan dan efektif mengatasi emisi rumah kaca sambil mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan dukungan di seluruh Sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa" ungkap Funmi.

Dengan memiliki beberapa portofolio PLTS di Timor Leste, Pertamina tentunya akan memiliki daya saing untuk dapat ikut serta dalam proyek pengembangan skala besar pembangkit listrik tenaga surya di Timor Leste kedepannya. Koordinasi yang baik dan intensif dengan Electricidade de Timor Leste (EdTL) yang merupakan perusahaan listrik negara di Bumi Lorosae perlu dilakukan, untuk merealisasikan hal tersebut.

Lebih jauh lagi, bukan tidak mungkin hal ini akan menjadi bisnis baru bagi Indonesia khususnya Pertamina untuk menjadi eksportir listrik yang ramah lingkungan ke Bumi Lorosae tersebut dari perbatasan Nusa Tenggara Timur.

Tentunya Pertamina tidak boleh berpuas diri hanya dengan membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga surya di negara Timor Leste, namun harus menjadikan itu sebagai modal awal untuk melakukan ekspansi ke negara-negara ASEAN lainnya seperti ke Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, atau bahkan Papua Nugini yang secara geografis memang dekat dengan daratan Indonesia.

Di dalam negeri, pengembangan PLTS juga tidak boleh kalah cepat. Terutama setelah Kementerian ESDM menerbitkan Kuota PLTS Atap PLN 2024-2028 melalui Keputusan Dirjen Ketenagalistrikan Nomor 279.k/TL.03/DJL.2/2024. Tentunya hal ini akan memudahkan para developer termasuk Pertamina untuk mengarahkan fokus pengembangan proyek PLTS ke lokasi yang memang masih memiliki kuota PLTS yang besar seperti Sumatera, Jawa, Madura dan Bali.

Apabila dirasa demand listrik masih kurang, Pertamina juga dapat mempertimbangkan untuk pengembangan PLTS guna memproduksi green hidrogen. Seperti yang dilakukan di berbagai negara contohnya di Australia, dimana developer energi baru terbarukan disana membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) raksasa dengan kapasitas 2,6 gigawatt peak (GWp) untuk memproduksi green hydrogen.

Proyek tersebut dilakukan di Kepulauan Tiwi di Northern Territory Australia dengan luas 2.640 hektar atau sering juga disebut proyek Tiwi H2 yang ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2027. Nantinya bila telah beroperasi, proyek tersebut akan menghasilkan energi listrik lebih dari 5.000 gigawatt-hour (GWh) energi bersih per tahun yang selanjutnya digunakan untuk memproduksi hydrogen hijau sekitar 90.000 ton per tahunnya.

Pengembangan hidrogen sendiri sudah menjadi salah satu prioritas Subholding Pertamina NRE. Jhon Anis, CEO Pertamina NRE di Pertamina Talks 30 Mei 2024 lalu menyebutkan bahwa "Pertamina memiliki ambisi net zero emission di tahun 2060, tentunya salah satu motornya dari kami, dengan berbagai macam upaya seperti penggunaan energi baru terbarukan dan energi masa depan seperti hidrogen" ujar Pak JA.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pengembangan energi baru terbarukan merupakan upaya serius dan bagian dari komitmen Pertamina mengimplementasikan aspek ESG. Keseriusan ini salah satunya ditunjukkan dengan skor ESG Pertamina yang semakin membaik dari tahun ke tahun.

Tentunya dengan pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia, Pertamina akan membantu negara untuk bisa Merdeka Energi karena memaksimalkan penggunaan sumber daya dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan energi di segala sektor seperti pertanian, rumah tangga, industri skala kecil dan skala besar.

Baca:
Kinerja Keuangan PGEO Cemerlang, Performa Operasi Lampaui Target

(rah/rah)