erek erek harimau 2d

    Release time:2024-10-08 03:45:53    source:rektoto   

erek erek harimau 2d,sriwijaya toto login,erek erek harimau 2dJakarta, CNN Indonesia--

Banyak orang mungkin tahu Burj Khalifa merupakan gedung tertinggi di dunia.

Tapi di antara banyak orang yang tahu itu, belum tentu ada yang tahu siapa sebenarnya sosok yang menjadi pemiliknya.

Ya. Dia adalah Mohammed Ali Rashed Alabbar. Pekan lalu, dia berkunjung ke Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu siapa sebenarnya Mohammed Ali Rashed Alabbar?

Mengutip berbagai sumber, Alabbar merupakan salah seorang pengusaha properti ternama dunia. Dia lahir di Dubai, Uni Emirat Arab pada 8 November 1956 lalu dari seorang ayah yang bekerja sebagai seorang kapten dhow, kapal dagang tradisional di Dubai.

Artinya, ia berasal dari latar belakang keluarga sederhana. Ia besar di daerah Rashidiya, Dubai.

Meski berasal dari kalangan keluarga sederhana, ia termasuk anak yang pintar dan lincah. Ia sudah punya minat dagang bakat dari turunan sang ayah.

Karena kepintaran dan kepiawaiannya itu, ia menerima beasiswa untuk belajar bisnis dan keuangan ke Universitas Seattle AS. Ia sukses menimba ilmu di Negeri Paman Sam dan meraih gelar di bidang administrasi bisnis pada 1981.

Lihat Juga :
TAIPANLui Che Woo, Kecil Jualan Kacang Kini Jadi Raja Judi Berharta Rp182 T

Usai lulus, ia memutuskan kembali ke Dubai dan memulai karir sebagai manajer pengawas perbankan di Bank Sentral UEA.

Keputusannya untuk melanjutkan petualangan itu didasari pada kegelisahannya.

"Saat itu, saya menikah dan mempunyai anak pertama. Tapi saya merasa gelisah di kota ini, ingin berbuat lebih banyak. Saya ingin aktif," katanya seperti dikutip dari the nationalnews.com.

Kemudian ia berlabuh di Al Khaleej Investments, sebuah perusahaan milik pemerintah Dubai yang menangani sektor properties. Ia ditugaskan di menjadi direktur perusahaan di Singapura.

"Ini adalah lingkungan yang benar-benar baru, dan saya sangat ingin belajar dari pemerintahan dan struktur bisnis baru ini. Lebih dari segalanya, di Singapura saya belajar untuk bersikap positif dan tidak ragu-ragu," tambahnya.

Lihat Juga :
Harta Prajogo Pangestu Melesat Rp253 T Jadi Rp1.026 T dalam Sebulan

Posisi inilah yang kemudian memantapkan perjalanan hidupnya. Di Singapura ia belajar banyak. Mempelajari kota yang secara luas kemudian ia anggap sebagai model Dubai modern di masa depan.

Karirnya terus menanjak. Namun, pada 1992, ia memutuskan kembali ke Dubai.

Ia kemudian menginisiasi pembentukan Departemen Pembangunan Ekonomi Dubai. Tugasnya memperluas prospek bisnis di Dubai dan mengubahnya menjadi pusat investasi di Timur Tengah.

Berkaitan dengan peran inilah, ia melahirkan sejumlah inisiatif untuk menarik wisatawan dan meningkatkan reputasi Dubai. Mulai 1996, ia menginisasi festival belanja, turnamen golf, Dubai World Center yang kemudian menjadi magnet konferensi internasional.

Berkat inisiasi tersebut, lebih dari dua juta pengunjung datang ke Festival Belanja Dubai setiap tahunnya.

Lihat Juga :
TAIPANScott Farquhar, Pernah Menangis Minta Komputer Kini Berharta Rp184 T

Kepiawaian inilah yang membuatnya kemudian mempunyai hubungan dekat dengan Syeikh Muhammad bin Rasyid Al Maktoum, putra ketiga dari Sheikh Rashid bin Said Al Maktoum yang merupakan penguasa Dubai.

Ia diangkat menjadi salah satu kepala penasihat ekonomi Syeikh Muhammad. Alabbar bekerja dengan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan industri pariwisata Dubai dan reputasi global.

Sepak terjang Alabbar terus berlanjut. Pada 1997, Alabbar menginisiasi pendirian Emaar Properties. Hasratnya satu waktu itu; ingin Dubai menjadi kota yang berkembang.

Ia kemudian memulai proyek pertama Emaar Properties; Dubai Marina, proyek apartemen dan vila mewah berlatar belakang marina senilai Dh15 miliar. Saat itu katanya, ia tidak punya pengalaman sama sekali dalam mengerjakan proyek.

Yang ia miliki hanya cinta dan semangat untuk belajar. Dalam memulai proyek, ia juga belajar dari keberanian ayahnya dalam mengambil risiko hidup.

"Sebagai kapten kapal, ayah saya mengambil risiko, dia pergi ke tempat yang tidak diketahui. Dia berlayar tanpa sistem GPS, tanpa ramalan cuaca, ada bajak laut di laut, dan kapal-kapal ini sering bocor. Siapa yang memilih berlayar berhari-hari dengan mempertimbangkan hal itu? Anda harus berani dan belajar bagaimana membuat keputusan besar," katanya.

Lihat Juga :
TaipanLi Ka Shing, Eks Buruh Pabrik Plastik Berharta Rp594 T

Proyek itu sukses dan membuat Emaar Properties makin percaya diri dalam menggarap proyek lainnya. Salah satu proyek Emaar Properties yang fenomenal adalah Burj Khalifa.

Ia memulai pembangunan proyek Burj Khalifa pada 2004. Namun, di tengah jalan, krisis keuangan merintangi pelaksanaan proyek.

Kontraktor sempat berkeinginan meninggalkan proyek karena tak dibayar imbas krisis keuangan itu. Imbasnya, pelaksanaan proyek sempat terhenti awal 2006.

Beruntung, pertolongan datang dari penguasa Abu Dhabi saat itu, Khalifa bin Zayed Al Nahyan. Atas campur tangannya, Abu Dhabi dan pemerintah federal UEA meminjamkan puluhan miliar dolar AS ke perusahaannya agar bisa membayar utangnya.

Dubai juga menggelontorkan pinjaman US$80 miliar untuk melanjutkan konstruksi proyek. Untuk menghargai jasa Khalifa bin Zayed Al Nahyan itulah, gedung pencakar langit yang tadinya mau dinamai Burj Dubai kemudian dilabeli Burj Khalifa.

Lihat Juga :
Rafaela Aponte-Diamant, Ratu Kapal Kargo Dunia Berharta Rp552 T

Kesuksesan dalam membangun Burj Khalifa membuat Emaar Properties semakin berkibar. Emaar menjadi salah satu perusahaan properti terkemuka di dunia.

Tak hanya di Dubai, perusahaan juga mengerjakan sejumlah proyek di 12 negara yang mencakup Yordania, Mesir, Lebanon, Maroko, Turki, India, dan hingga Amerika Serikat.

Tak hanya itu. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Alabbar berhasil menjadi warga non-Saudi yang ditunjuk oleh Raja Abdullah untuk mengawasi dan mengembangkan salah satu proyek Kerajaan yang paling ambisius, King Abdullah Economic City yang bernilai US$26 miliar.

Berkat kinerja itu, pendapatan Emaar Properties kian bersinar. Mengutip milestonemagazine.com, pendapatan tahunan Emaar Properties sudah tembus US$5,85 miliar.

Namun, kesuksesan itu tak membuat Alabbar lantas berpuas diri. Ia melebarkan sayap bisnisnya tak hanya di sektor properti, tapi juga perhotelan, layanan kesehatan, pendidikan, ritel, dan rekreasi.

Alabbar bermitra dengan pemegang merek Giorgio Armani untuk membuka Hotel Armani di Dubai dan Milan. Ia juga telah meluncurkan tiga merek hotel lokal, termasuk Address Hotels + Resorts.

A general view shows Burj Khalifa, the tallest building in the world, in Dubai, United Arab Emirates, December 31, 2020. REUTERS/Ahmed JadallahBurj Khalifa di waktu malam. (REUTERS/AHMED JADALLAH).

Tak hanya itu, pada 2016, ia ikut merambah industri ecommerce dengan mendirikan platform ecommerce Noon di UEA dan Arab Saudi.

Pada tahun yang sama, Alabbar juga merambah bisnis kuliner. Ia memimpin konsorsium membeli perusahaan makanan cepat saji Americana Group melalui Adeptio AD Investments SPC.

Dengan 1.200 gerai di 13 negara di Timur Tengah dan Afrika, termasuk KFC, Pizza Hut, dan Costa Coffee, ia berhasil menghasilkan hampir US$1 miliar dari aksi itu. Namun keberhasilan dalam berbisnis itu toh tak membuat Alabbar lupa diri.

Meski banyak uang, ia tak mau mengungkapkannya. Menurutnya, uang bukan ukurannya dalam menjalankan bisnis.

"Bagi saya, ini bukan soal uang. Saya melakukannya hanya untuk bersenang-senang," kata Alabbar seperti dikutip dari Bloomberg.

Ia juga tak mau bermewah-mewahan dengan hidupnya walaupun sudah sukses seperti sekarang ini.

"Saya bahkan tidak suka memakai jam tangan mahal," katanya.

[Gambas:Video CNN]