data hk 4d 2022

    Release time:2024-10-07 21:26:47    source:bifo arena   

data hk 4d 2022,pt viva tehnik mandiri,data hk 4d 2022

  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG terbang sementara rupiah loyo
  • Wall Street llibur memperingati Hari Buruh
  • Pergerakan inflasi, PMI manufaktur dan data ekonomi China bisa menjadi penggerak pasar keuangan Indonesia hari ini 

Jakarta, CNBC Indonesia -Pasar saham RI kembali mencetak rekor baru kemarin, Senin (2/9/2024). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan intraday hari kemarin di level 7.726,18 sebelum kembali ke level psikologis 7.600. Akan tetapi positifnya pergerakan IHSG tak senada dengan pergerakan rupiah yang justru melemah.

Pergerakan IHSG dan rupiah akan bergerak lebih volatile hari ini, dipengaruhi oleh rilis data ekonomi hingga agenda penting di sepanjang pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dan satu pekan ke depan bisa dibaca pada halaman tiga artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.

IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (2/8/2024), IHSG mencatatkan penguatan sebesar 0,31% di level 7.694,53. Penutupan harga IHSG tersebut merupakan level tertinggi sepanjang masa. Sebelum ditutup lebih rendah, IHSG sempat mencetak level tertinggi baru pada perdagangan intraday di level 7.726,18.

Tercatat nilai transaksi atau turnover IHSG berada di angka Rp12,05 triliun, lebih rendah dibandingkan perdagangan pada akhir pekan sebelumnya yang mencapai Rp26,74 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 17,65 miliar lembar, terdiri dari 351 saham naik, 243 turun dan 200 tidak berubah.

Salah satu pendorong penguatan IHSG adalah melesatnya sektor teknologi yang mencapai 3,82% yang didorong oleh naiknya saham-saham teknologi. Selain itu, kenaikan saham-saham konstruksi BUMN pun mendorong laju kenaikan sektor infrastruktur yang mendorong penguatan IHSG.

Akan tetapi gagalnya IHSG mencapai level 7.700 karena penurunan oleh beberapa sektor yakni dimana sektor siklikal anjlok 2,45%, properti melemah 0,02% dan basic-industry yang jatuh 0,47%.

Penurunan saham-saham segmen industri ritel tersebut didorong oleh hasil data-data ekonomi dalam negeri yang rilis pada hari Senin.

Pertama datang dari data PMI manufaktur Indonesia, S&P Global menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia jatuh dan terkontraksi ke 48,9 pada Agustus 2024. Artinya, PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus.

PMI juga terus memburuk dan turun selama lima bulan terakhir. PMI anjlok dari 54,2 pada Maret 2024 dan terus anjlok hingga Agustus 2024.

Baca:
Awal September, Jokowi Langsung Dapat 2 "Tamparan" Keras

Ambruknya PMI Manufaktur ini tentu memicu kekhawatiran karena manufaktur banyak menyumbang ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Ambruknya manufaktur juga bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang turun jabatan Oktober mendatang.

S&P Global menjelaskan manufaktur Indonesia terkontraksi lebih lanjut karena menurunnya output dan pesanan baru dengan tingkat yang lebih tajam.

Perusahaan manufaktur Indonesia juga terus mengurangi jumlah tenaga kerja meski hanya marginal.

Selain itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia kembali mengalami deflasi 0,03% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus 2024. Ini adalah deflasi keempat pada tahun ini.

Deflasi ini adalah yang ke empat secara beruntun.

Di lain sisi, secara historis IHSG cenderung lesu sepanjang September, karena adanya fenomena September Effect. Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali sementara tujuh sisanya ambruk.

Namun, ada harapan jika IHSG akan mencatat kinerja positif pada September karena ada kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga pada September.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv,pada perdagangan Senin (2/9/2024) rupiah ditutup melemah 0,45% terhadap dolar AS di posisi Rp15.520/US$1. Pelemahan tersebut menjadi pelemahan dua hari beruntun. Dan rupiah gagal bertahan di level psikologis Rp15.400.

Pelemahan rupiah juga tak jauh dari sentiment ambruknya PMI Manufaktur Indonesia dan deflasinya Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada Agustus 2024.

Deflasinya IHK Indonesia dapat memicu kekhawatiran di pasar bahwa stabilitas inflasi yang terlalu rendah bisa mengindikasikan lemahnya daya beli konsumen, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Chief Economist Bank Permata, Joshua Pardede menilai catatan deflasi di Agustus yang diikuti dengan turunnya PMI Manufaktur Agustus yang anjlok ke level 48,9 poin menjadi indikasi adanya penurunan daya beli masyarakat.

Namun demikian, menurut analisis Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, Ralph Birger Poetiray, dari sisi domestik, aliran dana asing masih cukup deras masuk ke pasar keuangan domestik, seperti obligasi dan saham.

Berdasarkan data transaksi yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada 26-29 Agustus 2024, tercatat net foreign buy senilai Rp6,21 triliun di pasar saham dan Rp3,89 triliun di pasar obligasi.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Senin (2/9/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat menguat 0,77% di level 6.69% dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Begitupun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) libur memperingati hari butuh nasional kemarin. Beralih ke bursa saham Eropa, yang bergerak bervariasi di tengah kebijakan bank sentral Eropa dan pemilihan umum di sebagian wilayah Eropa.

Pemilihan umum negara bagian Jerman mulai berdampak ke pasar. Jerman dan Prancis, duo pemimpin Uni Eropa bergerak menuju ketidakstabilan dan kelemahan politik yang semakin meningkat, yang dapat menimbulkan kekhawatiran di wilayah Uni Eropa.


Survei juga menunjukkan bahwa penurunan sektor manufaktur Jerman semakin dalam paada Agustus. Untuk zona euro, aktivitas manufaktur tetap terperosok dalam kontraksi pada gustus, dengan permintaan merosot pada kecepatan tertajamnya tahun ini.

Menurut data LSEG, pasar uang hampir sepenuhnya memperhitungkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh ECB pada tanggal 12 September.

Namun, para pembuat kebijakan ECB semakin berselisih pendapat tentang prospek pertumbuhan, dengan beberapa pihak mengkhawatirkan resesi dan yang lainnya berfokus pada tekanan inflasi yang masih ada.

Kembali ke Wall street, pada penutupan perdagangan Jumat (30/8/2024), Dow Jones ditutup menguat 0,55% di level 41.563,08. Begitu juga dengan S&P 500 ditutup lebih tinggi 1,01% di level 5.648,4, diikuti dengan Nasdaq yang ditutup melesat 1,13% di level 17.713,62.

Relinya saham-saham teknologi di bursa AS memberikan sinyal yang menggembirakan bagi investor di tengah penantian pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada bulan ini.

Pergerakan Wall Street nanti malam diprediksi akan lebih volatile, Mengingat pada Selasa (3/9/2024), terdapat rilis PMI Manufaktur AS Global S&P periode Agustus 2024 revisi kedua. Sebelumnya, PMI Manufaktur AS Global S&P turun menjadi 48 pada bulan Agustus 2024 pertama dari 49,6 pada bulan Juli 2024, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 49,6 untuk menandai kontraksi kedua berturut-turut dalam aktivitas pabrik AS, pada laju paling tajam tahun ini.

Hal ini sebagian besar didorong oleh penurunan kedua berturut-turut dalam arus masuk pekerjaan baru untuk produsen, yang juga turun pada laju paling tajam sejak Desember, untuk menggarisbawahi dampak yang lebih tinggi dari suku bunga restriktif dalam aktivitas pabrik.

Sementara itu, tingkat ketenagakerjaan hampir terhenti pada periode tersebut untuk mencatat kenaikan terkecil sejak Januari. Sementara itu, penurunan permintaan dari pabrik meredakan tekanan kapasitas untuk pengiriman bahan baku dan mengurangi waktu pengiriman pemasok. Di sisi harga, biaya input mengalami percepatan paling besar sejak Mei, tetapi produsen tidak dapat sepenuhnya meneruskan tekanan kepada konsumen.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen pada hari kedua perdagangan pasar keuangan RI di September ini. Investor pun berharap pergerakan IHSG dan rupiah akan sama-sama kompak menguat.

Pergerakan pasar keuangan RI hari ini akan didorong beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri,terutama data inflasi, PMI manufaktur Indonesia dan China. Kembali menguatnya dolar AS dan imbal hasil US Treasury juga perlu menjadi catatan khusus.

1. PMI Manufaktur RI Anjlok

PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi untuk dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus (48,9). Posisi PMI Manufaktur saat ini juga merupakan yang terendah sejak Agustus 2021.

Ambruknya PMI Manufaktur ini tentu memicu kekhawatiran karena manufaktur banyak menyumbang ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Ambruknya manufkatur juga bisa mencoreng kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang turun jabatan Oktober mendatang.

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede mengungkapkan catatan deflasi di Agustus terjadi seiring dengan penurunan harga volatile food efek peningkatan produksi bawang merah.

Lebih lanjut, deflasi yang dialami Indonesia selama empat bulan beruntun yang diikuti dengan turunya PMI Manufaktur Agustus yang anjlok ke level 48,9 poin menjadi indikasi adanya penurunan daya beli masyarakat.

"Tren deflasi ini dipengaruhi oleh supply pangan yang sudah mulai membaik atau normalized pasca factor el nino di awal tahun ini. Namun kita juga perlu mencermati bahwa ada kecenderungan daya beli masyarakat ada kemungkinan trennya sudah mulai menurun. Hal ini diperkuat dengan data yang dirilis pagi ini adalah PMI manufacturing Indonesia kembali lagi masuk ke dalam fase kontraktif." tutur Josua dalam program Profit, CNBC Indonesia (Senin, 02/09/2024).

S&P Global menjelaskan manufaktur Indonesia terkontraksi lebih lanjut karena menurunnya output dan pesanan baru dengan tingkat yang lebih tajam. Perusahaan manufaktur Indonesia juga terus mengurangi jumlah tenaga kerja meski hanya marginal.

Kondisi lemahnya industri manufaktur Indonesia ini diperkirakan terus akan terjadi hingga akhir kuartal III-2024.

Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal mengatakan bahwa dengan produsen kemungkinan menghadapi kendala yang berkelanjutan, menjadikan dukungan kebijakan potensial penting untuk menstabilkan sektor ini.

"Kami memperkirakan permintaan industri akan melemah sepanjang tahun depan karena kondisi pasar yang buruk, termasuk daya beli yang rendah dan permintaan global yang tertekan," papar Fithra.

"Dengan prospek pertumbuhan yang terbatas baik domestik maupun internasional, kami memperkirakan PMI Indonesia akan berada di sekitar 49-50 hingga akhir kuartal ketiga, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi kami sebesar 4,9% untuk tahun ini," tutup Fithra.

2. Deflasi IHK RI

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin, Senin (2/9/2024) merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024. IHK turun dan di bawah ekspektasi konsensus yang dihimpunCNBC Indonesia.

Secara tahunan (year on year/yoy), IHK masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13%. Secara bulanan (month to month/mtm), IHK turun tercatat mengalami deflasi sebesar 0,03%.

Sementara konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari 11 institusi memperkirakan IHK Agustus 2024 diperkirakan stagnan 0%% dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,18%.

Sedangkan IHK secara tahunan diperkirakan akan naik tipis menjadi 2,15% (yoy) pada Agustus 2024 dan IHK inti diproyeksi sebesar 1,99% yoy.

Deflasi empat bulan beruntun secara bulanan ini pertama kali terjadi sejak 1999 atau 25 tahun terakhir. Artinya, selama Era Reformasi, Indonesia baru mengalami deflasi empat bulan beruntun.

Deflasi ini juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, deflasi empat bulan beruntun semakin menegaskan sinyal pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil saat ini.

Melemahnya IHK yang menjadi sinyal pelemahan daya beli akan berdampak besar terhadap sejumlah emiten, terutama yang mengandalkan konsumsi seperti Indofood Group hingga PT Mayora Indah.

3. Dolar  Menanjak
Indeks dolar AS menguat ke 101,698 pada perdagangan kemarin atau posisi tertinggi sejak 19 Agustus 2024. Menguatnya indeks dolar mencerminkan banyaknya permintaan mata uang Greenback sehingga mata uang lain bisa tertekan.

4.  Imbal Hasil US Treasury Menanjak
Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun merangkak ke 3,91%. Ini adalah posisi tertinggi sejak 9 Agustus 2024. Kenaikan imbal hasil US Treasury bisa kembali menarik investor ke AS sehingga dana asing yang ada di Indonesia bisa balik ke AS.

5. Data PMI Amerika Serikat (AS)

Dari negeri Paman Sam, pada Selasa (3/9/2024), terdapat rilis PMI Manufaktur AS Global S&P periode Agustus 2024 revisi kedua. Sebelumnya, PMI Manufaktur AS Global S&P turun menjadi 48 pada bulan Agustus 2024 pertama dari 49,6 pada bulan Juli 2024, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 49,6 untuk menandai kontraksi kedua berturut-turut dalam aktivitas pabrik AS, pada laju paling tajam tahun ini.

Hal ini sebagian besar didorong oleh penurunan kedua berturut-turut dalam arus masuk pekerjaan baru untuk produsen, yang juga turun pada laju paling tajam sejak Desember, untuk menggarisbawahi dampak yang lebih tinggi dari suku bunga restriktif dalam aktivitas pabrik.

Sementara itu, tingkat ketenagakerjaan hampir terhenti pada periode tersebut untuk mencatat kenaikan terkecil sejak Januari. Sementara itu, penurunan permintaan dari pabrik meredakan tekanan kapasitas untuk pengiriman bahan baku dan mengurangi waktu pengiriman pemasok. Di sisi harga, biaya input mengalami percepatan paling besar sejak Mei, tetapi produsen tidak dapat sepenuhnya meneruskan tekanan kepada konsumen.

6. Data PMI China Cenderung Stagnan

Pada Senin (2/9/2024), China merilis PMI Manufaktur Umum Caixin periode Agustus 2024. Menurut survei yang disponsori Caixin, aktivitas di sektor manufaktur China kembali tumbuh moderat pada Agustus setelah kontraksi pada bulan sebelumnya.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Umum Caixin China, tercatat 50,4 pada periode Agustus, naik 0,6 poin dari bulan sebelumnya di Juli sebesar 49,8.

Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi aktivitas, sementara angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Dari laporan tersebut menunjukkan adanya peningkatan permintaan karena total pesanan baru kembali tumbuh, dengan permintaan yang lebih kuat untuk barang setengah jadi. Kemudian, ekspor menurun untuk pertama kalinya dalam delapan bulan.

Ketenagakerjaan di negeri tirai bambu tersebut tetap stabil setelah kontraksi selama 11 bulan. Harga input dan output pun menurun. Harga bahan baku yang lebih rendah seperti logam industri menurunkan biaya input. Harga output menurun di tengah tekanan penjualan, dengan indikator yang sesuai mencapai level terendah dalam empat bulan.

Kunjungan Paus ke Indonesia

Paus Fransiskus akan mengadakan perjalanan Apostolik ke Asia Pasifik pada 2-13 September 2024 mendatang. Yaitu ke Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Singapura. Indonesia akan jadi negara pertama dalam perjalanan Paus Fransiskus kali ini, yang dijadwalkan tiba di Jakarta pada tanggal hari Selasa, 3 September 2024.

Ini adalah lawatan pertama Pemimpin Umat Katolik di dunia ke Indonesia, setelah 35 tahun lamanya.

Perjalanan Apostolik ke kawasan Asia Pasifik akan menjadi perjalanan terpanjang dalam 11 tahun masa kepausan Paus Fransiskus yang kini berusia 87 tahun. Perjalanan ini bahkan lebih lama dari lawatan ke Amerika di awal masa kepausan-nya.

Pada kunjungan Asia Pasifik kali ini, Indonesia dipilih menjadi negara pertama yang akan dikunjungi Paus Fransiskus.

Berikut sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri pada hari ini:

• PMI Manufaktur AS Global S&P periode Agustus 2024
• Kedatangan Kepala Negara Kota Vatikan dan Kepala Pemerintahan Takhta Suci Paus Fransiskus
* International seminar with the theme "Sharia Economy and Finance: Policies for the Prabowo Government

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

• RUPSLB - PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS)
• RUPSLB - PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP)
• RUPSLB - PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT)
• RUPSLB - PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO)
• RUPSLB - PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan:Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Next Page Pasar Wall Street Tutup Peringati Hari Buruh, Bursa Eropa Tak Kompak
Pages Next